Halaman depan buku Kafe Etos Vol 1 |
Intermezo saja, ternyata nama "Sinamo" ini, kalau dalam adat Batak, masih bersaudara dengan "Naibaho". Berarti kalau dihubung-hubungkan, saya adalah kerabat jauuuuuh dari Pak Jansen ini. Suami saya kan dari kelurga Naibaho juga :D
Ok, back to the book.
Buku ini diterbitkan tahun 2006 oleh Institut Darma Mahardika. Buku 125 halaman ini memang terasa renyah seperti sebungkus wafer dan segelas cappucino hangat. Oleh penerbitnya, disebutkan begini, "24 Kisah Renyah untuk Memperkuat Etos Kerja Unggul."
Kalau biasanya bagian kata pengantar penulisnya saya lewatkan begitu saja :p, tapi kali ini rasanya kok sayang melewatkan ya. Pak Jansen menulis begini di bagian awalnya, "Kafe Etos. Untuk 126 juta Pekerja Indonesia." Saya pekerja, dan saya 'merasa' buku ini emang ditujukan buat saya ;)
Dimulai dengan kisah ilustrasi pertama tentang "Kumis Nasrudin", di saat bersamaan saya merasa geli dengan cerita ini, juga merasa ditegur juga oleh pesan etosnya. Pak Jansen ingin menyampaikan bahwa Etos 1 : kerja adalah rahmat : aku bekerja tulus penuh rasa syukur.
Cerita ilustrasinya begini :
"Suatu pagi Pak Nasrudin bangun dengan tergesa-gesa dan mulai panik. Ternyata dia mencium bau busuk dimana-mana. Di rumahnya, di kebun, bahkan ketika dia ke istana raja. Dia bilang ke Raja, "Celaka Baginda. Celaka!" Lalu Nasrudin melanjutkan kepanikannya sambil terus berbicara kalau bau busuk yang dia cium itu adalah tanda akan kiamat dan tanda bahwa Tuhan mulai menghukum dunia.
Setelah Nasrudin tenang, Baginda Raja menyuruh Nasrudin untuk mandi dan membersihkan diri. "Jangan lupa bersihkan kumismu juga," begitu perintah Raja. Aneh bin ajaib, setelah mandi, bau busuk yang sedari tadi dicium Nasrudin, hilang. Yang ada sekarang bau wangi saja. Usut punya usut, ternyata semalam, entah bagaimana ceritanya, ketika Nasrudin hampir nyenyak, anak bungsunya yang berusia 3 tahun memegang kotorannya sendiri lalu memoleskannya ke kumis sang ayah."
Deskripsi di halaman belakang buku Kafe Etos |
Bener nggak, kalau kita sering melihat kalau dunia ini kotor? Ada kebusukan dimana-mana. Mungkin benar, mungkin tidak. Bisa jadi perasaan, penglihatan, dan penciuman semacam itu cuma disebabkan "kumis" kita yang cemar (hal.3)
Makanya, mandi dan membersihkan kumis menjadi penting buat kita supaya kita bisa membebaskan diri, hari, dan pikiran dari prasangka negatif dan kabar kabur sebelum kita menghakimi orang lain dan lingkungan kit. (Susaaaaahh banget ini. Bener nggak sih?)
Nah, selain kisah Nasrudin ini, masih ada 23 cerita lainnya yang nggak kalah manis dengan kopi susu buat menemani waktu istirahat kita.
Saya mendapat banyak manfaat dari buku ini. Semoga resensi singkat dari saya, juga mendatangkan manfaat untuk Anda.
Salam hangat,
WiRani
No comments:
Post a Comment