~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~
Kalimat paling indah tidak terasa nikmat
jika tidak ada spasi.
Kita
butuh jeda untuk saling merasakan.
Berjalan
sendiri pernah dijalani hanya untuk mencari sebuah makna.
Maka
aku tidak akan mengukungmu atas apa yang kita lalui sebagai persahabatan.
Kepedulian lebih dari sekedar kompromi dan kesepakan untuk tidak saling menyakiti.
Kepedulian
adalah kesepakatan yang dipahami, tanpa perlu dibicarakan untuk saling
membantu.
Saat semua berlebih di dalamku.
Saat semua berlebih di dalamku.
Kompromi
di tempurung kepala.
Kemarahan
di telapak tangan.
Pengampunan
di ulu hati.
Kamu
selalu ada mencoba untuk membuatku diam dan berfikir.
Dan
itu berlaku dua arah.
Tak
mudah, tapi selalu ada senyum.
Tawa
kejujuran.
Anggukan
kepercayaan.
Semua
pernah kita lakukan.
Bahkan
kebohongan-kebohongan kecil yang tak luput dari gelegan kita.
Tapi
aku percaya. Kamu?
Hidup bukan tentang mencari diri.
Hidup bukan tentang mencari diri.
Tapi
mengenai menciptakan diri.
Kalau
mungkin, aku ingin agar perempuan terlebih dahulu
mencintai kehidupan.
Barulah mencintai laki-laki dalam kehidupan itu.
Kita adalah pejuang
Barulah mencintai laki-laki dalam kehidupan itu.
Kita adalah pejuang
Ada
misteri di dekat kita yang menantang untuk diungkap.
Selamat melanjutkan hidup.
Selamat melanjutkan hidup.
Jangan
lupa pada titiknya untuk berhenti sejenak.
Untuk
lagi mengumpulkan kekuatan yang lebih.
Salam
hangat.
~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~
Itu coretanku beberapa tahun yang lalu tentang relasiku dengan rivalku, jeng Uie.
Sebenernya udah lupa kalo dulu pernah nulis begituan, hehe..
Tapi hari ini, dia balikin tulisan itu buatku.
Tepat di hari aku merayakan hidup yang sudah Tuhan kasih selama 27 tahun belakangan.
Setelah dibaca berulang-ulang,
rada geli juga sih ngliat 'karyaku' bertahun yang lalu :p
Rada jijay gimanaa gitu..
Tapi kok ya rasa waktu nulis itu masih bisa dirasain sekarang.
Tentang "spasi",
tentang "dua arah",
tentang "kepedulian",
tentang "komitmen",
tentang "persahabatan"
Rasanya nilai-nilai umum yang buatku masih sesuai dengan konteks sampai saat ini (halaah.. apa ini?).
Ternyata (paling enggak buatku dan buat jeng Uie ini) menulis itu bisa dijadikan obat.
Bisa meringankan rindu (huehehe...), membantu proses penyembuhan luka batin, juga obat pemulih ingatan kalau masih ada hal baik yang bisa dirasain.
Ahhh.... tetiba pengen mewek sendiri.
Bukan. Bukan karena jeng Uie ngasih tulisan itu.
Tapi betapaaaa nikmatnya hidup kalau rajin menanam hal baik.
Tuaiannya inshaAllah bakal manis di masa depan.
Selamat merayakan hidup, dear friends.
No comments:
Post a Comment