Ini adalah pertemuan ketiga aku dengan dia. Yang pertama, sama sekali tidak bertegur sapa. Mungkin karena aku masih asing sama sekali, ditambah waktu itu dia sedang sakit juga. Yang kedua, mulai tidak keberatan aku pangku, lalu digendong, dan saat perpisahan, dia menjerit nangis karena aku pergi meninggalkan Jogja. Pertemuan ketiga masih belum cukup smooth. Di awal-awal dia masih jual mahal :D tapi lama kelamaan, jadilah dia sangat lengket denganku dan Aa (suamiku).
Yang mau ku ceritakan kali ini adalah toddler is a great imitator.
Begini ceritanya. Cia itu suka sekali dengan permainan bunyi. Mulai dari "cilukbaaa" sampai meniru bunyi-bunyian binatang. Maka dari itu, untuk menghangatkan suasana pertemuan, berbagai bunyi-bunyian kami coba ciptakan biar dia tidak perlu merasa asing dengan kami. Mulai dengen "cilukbaa", bunyi "miaw" dan "guuukguk", sampai bunyi mengorok dan pura-pura tidur. Tidak sekali atau dua kali. Cukup sering karena si bocah memang senang mendengar bunyi-bunyian.
Durasi perjumpaan kami tidak sampai 24 jam sehari kok. Paling hanya pagi hari sampai jelang dia mau bobo siang. Lalu dengan sore sampai malam hari sebelum dia kelihatan mengantuk.
Di hari ketiga jumpa, ketika sedang bermain bunyi-bunyian, dia menggoda Aa dengan bunyi "rrrrkkkk...." seperti bunyi mengorok pada orang tidur. Sekali. Dua kali. Dan dilakukan cukup mirip dengan bunyi ngorok yang Aa pernah mainkan dengan dia.
Haaa? Dia meniru bunyi dari Aa? Secepat ini bocah yang belum genap 2 tahun meniru orang di dekatnya? Lihat sekali dia.
Sumber : Pinterest |
Saya belum pernah belajar psikologi anak, maupun memiliki anak :p
Tapi melihat perilaku Cia (dan banyak artikel lain yang membahas tentang tumbuh kembang anak), rasanya benar ketika ada quote yang berbunyi seperti gambar di samping, "Children are great imitators."
Cia saja yang baru berjumpa dengan kami beberapa hari, sudah 'bisa' meniru yang kami lakukan (walau ini adalah sebuah candaan). Apalagi jika bocah ini bersama dalam waktu yang lama? Pasti akan ada lebih banyak hal yang akan dia tiru.
Lalu tetiba pikiranku melayang pada beberapa ungkapan kawan yang pernah bilang, "Aduuh.. anak aku rewel," "Anak aku selalu ngrebut hape aku," "Anak aku nggak bisa diem. Selalu bikin rusak," "Dek.. Nggak boleh nakal ya.." (ngomong ke anaknya di depan aku) dan kalimat-kalimat lain yang bikin aku sedih.
Kalau mereka rewel, mereka merebut hp, mereka bikin rusak, itu mereka ngliat siapa? Hal apa saja yang mereka terima di keseharian mereka? Siapa yang memberi contoh? Kenapa dikasih wejangan "jangan nakal"? Padahal mereka nggak ngapa-ngapain jugak. Hadeuuhh...
Mungkin, mungkin sebenarnya mereka itu para orang tua yang sedang kelelahan aja. Jadi cerita mereka terdengar seperti nge-cap di telingaku. Tapi tetap saja, telingaku rasanya agak nggak terima (haduuhh.. padahal bukan anak gue jugak... Maapkan akuuu...)
Aku sedih karena anak sekecil itu harus menerima rupa-rupa "tuduhan" dari orang dewasa. Anak sekecil itu harus menerima cap buruk dari orang yang lebih dewasa. Anak sekecil itu ....
Ah, sudahlah.. Aku akan dianggap lebay dan pengen ikutan urusan dapur orang kalo melanjutkan tulisan yang baper inih. Hahaha....
Untuk Cia. Cia, kamu itu hebat dan berani. Teruslah menjadi Cia yang menyenangi bunyi-bunyi dan menjadi kayalah dengan semua imajinasimu tentang rupa-rupa bunyi itu. ^_^
No comments:
Post a Comment