Thursday, November 28, 2013

Mengingat Kenangan - Mengenang Ingatan


~  ~  ~  ~  ~  ~  ~  ~  ~  ~
Kalimat paling indah tidak terasa nikmat jika tidak ada spasi. 
Kita butuh jeda untuk saling merasakan. 
Berjalan sendiri pernah dijalani hanya untuk mencari sebuah makna. 
Maka aku tidak akan mengukungmu atas apa yang kita lalui sebagai persahabatan.

Kepedulian lebih dari sekedar kompromi dan kesepakan untuk tidak saling menyakiti.
Kepedulian adalah kesepakatan yang dipahami, tanpa perlu dibicarakan untuk saling membantu.

Saat semua berlebih di dalamku.
Kompromi di tempurung kepala.
Kemarahan di telapak tangan.
Pengampunan di ulu hati.
Kamu selalu ada mencoba untuk membuatku diam dan berfikir.
Dan itu berlaku dua arah.
Tak mudah, tapi selalu ada senyum.
 
Senyum kejujuran.
Tawa kejujuran.
Anggukan kepercayaan.
Semua pernah kita lakukan.
Bahkan kebohongan-kebohongan kecil yang tak luput dari gelegan kita.
Tapi aku percaya. Kamu?

Hidup bukan tentang mencari diri.
Tapi mengenai menciptakan diri.
Kalau mungkin, aku ingin agar perempuan terlebih dahulu mencintai kehidupan.
Barulah mencintai laki-laki dalam kehidupan itu.

Kita adalah pejuang
Ada misteri di dekat kita yang menantang untuk diungkap.
Selamat melanjutkan hidup.
Jangan lupa pada titiknya untuk berhenti sejenak.
Untuk lagi mengumpulkan kekuatan yang lebih.

Salam hangat.



~   ~   ~   ~   ~   ~   ~   ~   ~   ~   ~   ~   ~   ~   ~   ~ 

Itu  coretanku beberapa tahun yang lalu tentang relasiku dengan rivalku, jeng Uie.
Sebenernya udah lupa kalo dulu pernah nulis begituan, hehe..
Tapi hari ini, dia balikin tulisan itu buatku.
Tepat di hari aku merayakan hidup yang sudah Tuhan kasih selama 27 tahun belakangan.

Setelah dibaca berulang-ulang,
rada geli juga sih ngliat 'karyaku' bertahun yang lalu :p
Rada jijay gimanaa gitu..
Tapi kok ya rasa waktu nulis itu masih bisa dirasain sekarang.
Tentang "spasi",
tentang "dua arah",
tentang "kepedulian",
tentang "komitmen",
tentang "persahabatan"
Rasanya nilai-nilai umum yang buatku masih sesuai dengan konteks sampai saat ini (halaah.. apa ini?).

Ternyata (paling enggak buatku dan buat jeng Uie ini) menulis itu bisa dijadikan obat.
Bisa meringankan rindu (huehehe...), membantu proses penyembuhan luka batin, juga obat pemulih ingatan kalau masih ada hal baik yang bisa dirasain.

Ahhh.... tetiba pengen mewek sendiri.
Bukan. Bukan karena jeng Uie ngasih tulisan itu.
Tapi betapaaaa nikmatnya hidup kalau rajin menanam hal baik.
Tuaiannya inshaAllah bakal manis di masa depan.

Selamat merayakan hidup, dear friends.