Saturday, June 16, 2012

Nothing in this world is original. It is influence.


Saya dengar kalimat itu dari ucapan Agnes Monica waktu penjurian Indonesian Idol 2012, kalo nggak salah waktu penjurian bulan Maret 2012.

Ngomong-ngomong soal Agnes Monica dan saya, secara umur, hanya beda beberapa bulan antara saya dan dia. Saya ngefans banget sama dia sejak dia nge-host Tralala Trilili. Believe it or not, she is my role model; ‘til today ^.^
Source : Agnes Monica Official Site

Oia, saya bukan temennya Agnes Monica kok, apalagi sodaranya :p  Saya ‘terhubung’ sama dia karena – tentu saja selain karena dia adalah public figure yang mudah dikenali ­adalah apa yang dia ucapkan dan lakukan untuk membuktikan ucapannya.
How she campaigns the slogan of “dream, believe, make it happen” is soooo influence myself.
Beberapa kali saya sempet liat postingan di FB atau YM punya temen yang menuliskan hal yang sama. Jadi ternyata bukan saya sendiri ya yang ter-influence oleh Agnes Monica ini? ;)

Kembali ke ide awal tulisan ini tentang ‘Nothing in this world is original. It is influence.’ Buat beberapa orang mungkin ini kedengeran biasa aja (atau malah nggak ngefek sama sekali?!), tapi buat saya, ini nonjok banget. Gimana enggak? Bahkan dari bayi pun, we are a great imitator of our parents, atau paling nggak, kita terpengaruh oleh orang yang kesehariannya dekat dengan kita. Dari gaya bicara, bertingkah, bahkan mungkin cara berpikir.

Tenaaang, saya bukan lagi pengen mengajukan pembenaran/pembelaan buat si copy cat, plagiator, dan sejenisnya. Itu lain soal kok. Yang lagi berkutat di kepala saya bagaimana hidup kita nih benar-benar dipengaruhi oleh banyak hal di luar diri kita sendiri.
Agnes Monica aja di awal karir nyanyinya sempet terinspirasi gaya nyanyinya Christina Aguilera dan BritneySpears kan? :p Buat orang yang memeluk agama atau paham tertentu, pasti ada juga tokoh yang menjadi inspirasi mereka, baik ucapannya, tindakannya, atau ajarannya.

Baca buku yang berisi kumpulan cerita tentang para Guru Zen di Jepang, saya jadi terinspirasi untuk mengosongkan diri dan lebih membumi. Melihat pembicara yang atraktif di kelas anak-anak Sekolah Minggu, saya jadi berkeinginan untuk bisa sekeren dia. Menikmati suara cantiknya Sean Idol, saya jadi pengen lagi latian nyanyi di gereja – dan nggak bolos lagi. Berinteraksi dengan pecinta kerajinan tangan dari kain flanel, jadi pengen selihai mereka biar bisa bikin felt handcraft yang yahud juga. Ngliat profilnya Dini Shanti, jadi pengen setajir dia jugalaah :D
Jadi pengen semua, jadi terinspirasi semua. Tapi tentu aja nggak semua bisa ‘masuk’ ke dalam diri saya tho? Sebanyak-banyaknya spons menyerap air, di titik tertentu pasti nggak muat lagi buat nyerap air kan? Karena ada sifat spons dalam diri manusia, secara sadar atau nggak sadar, saya akan memilih hal-hal positif yang ada dari si influence itu. Saya hanya menyerap. Bukan menjadi. Ketika saya mengatakan “Saya ya saya. Nggak ada yang lain,” rasanya kok gak gitu-gitu amat ya. Makanya saya sebel banget kalo pas lagi kenalan sama orang dia ngejawabnya “Emang kamu kenal aku yang lain? Aku ya aku. Nggak ada yang sama dengan aku.” Because nothing in this world is original. It is influence.”

So, hal-hal apa saja yang influence diri kamu? Sebaiknya sih hal-hal yang influence itu, bisa mendatangkan kebaikan buat kita, dan buat orang-orang yang kita temui. Karena ‘menerima adalah berkah, dan memberi adalah anugerah.’ Jadi orang harus berguna tho?


*cmiiw ya, kawans. Cheers ^^

WiRani

No comments:

Post a Comment